Wednesday 18 June 2014 0 comments

Hikmah Yang Terjuntai

~QUOTE OF THE DAY~

 

"Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percik-percik hikmah.  Seperti halnya fisik, hati juga merasakan lelah."

(Ali Bin Abi Thalib)

Mari sini ku jelaskan.

Tahukah kau? Hati? Ya,  hati jika tidak dibasuh dengan hikmah,  sama seperti daun tua yang berubah kecoklatan. Kering. Layu. Lantas luruh dari pohon. Kau tidak bisa menduga bahwa daun itu jatuh ke tempat yang nyaman. Indah. Menjanjikan kebahagiaan. Bayangkan! Apabila saat itu angin menderu kencang,  lantas membawa daun itu jatuh ke lumpur hitam. Licak. Begitu pula hati manusia,  kalau kau tidak menjaganya. Memeluknya dengan hangat. Membasuhnya dengan hikmah. Lantas hati akan cepat layu. Beribu bakteri menyerangnya. Hitam. Kejahatan menemuimu. Akan tetapi,  jika kau bergegas mengambil embun yang menggelayut di daun.  Perlahan kau basuh hatimu. Wahai, saat itu langit seketika tersenyum. Sangat menyenangkan.  Kau izinkan kebaikan menemuimu. Tapi sebelum itu, kabar buruknya kau tidak tahu cara mendapatkan hikmah itu. Embun yang merekah. Mengkilat disembur cahaya. Indah sekali.  Sayangnya kau tidak tahu caranya. Padahal sangat sederhana.

Kau ingat tidak kitab yang diturunkan seribu empat ratus tahun yang lalu? Kitab yang terlampau suci,  memang hanya orang suci saja yang bisa menyentuhnya. Kitab yang dibuat oleh maha Penguasa-pemilik kerajaan langit-bumi. Kitab yang diturunkan kepada si manusia pilihan. Hei... dengarlah saat itu seluruh isi langit-bumi berseru-seru senang. Bahkan lebih dari itu. Sayangnya,  hanya kau tidak ingin mengetahuinya. Ataukah kau menolak untuk tahu? Kau terlampau lalai.

Sekarang kau sudah ingat? Kitab itu? Aku rasa belum.
Baiklah... kau mengetahui darimana saja kau mendapatkan hikmah?


...

 
Tidak pernah. Kau memang tidak pernah membuka hatimu. Menerima apa-apa telah terjadi padamu.

"Kau selalu menerima hikmah itu, sayang. Dari kehidupanmu. Masa lalu. Orang-orang yang mengisi kekosongan otakmu."


Bah! Kau hanya bisa melongo sok-tahu. Hei... tapi bukankah itu hanya seperseribu hikmah saja yang bisa kau ambil. Ya,  lantas kau harus mencari kemana, hikmah itu?

Ambil kitab suci yang telah kubilang tadi. Bukalah! Kau hanya disuruh membacanya. Pelajari!

Sekarang kau sudah tahu jawabannya. Baik.. Baiklah...

Masih belum.
 
Celaka! Kau benar-benar celaka. Kau baru saja sudah membuka hatimu. Sudah menerima. Sudah mulai memercikkan hikmah perlahan. Tapi kau bilang masih belum.

Mungkin memang susah menjelaskannya. Baiklah,  sepertinya aku harus menceritakan bagian rahasia ini. Hanya untukmu. Semoga kau menerimanya.

Kau tahu? Saat kau mulai membacanya,  penduduk langit,  para malaikat bergegas turun secepat mungkin. Mengalahkan kecepatan cahaya. Berebut untuk mendengarkanmu. Bukan itu saja. Mau tahu lagi? Saat itu malaikat juga berebut mencatat perbuatanmu. Sangat cepat. Gesit.

Astaga,  kau bersimpuh di hadapan-Nya.

"Ya Tuhan"

Sekarang kau telah mengetahuinya. Sudah selesai tugasku kalau begitu. Sebaiknya aku pergi.

Tunggu...

"Apa hikmahnya?"

Aku tidak bisa menjelaskannya lagi. Cukup sampai disini. Kau telah memahaminya. Cobalah buka hatimu. Bersihkanlah dia.

...

(Tersenyum) cari di kitab itu!

"Bagaimana dengan fisik?"


Entahlah. Itu diluar tugasku. Aku tidak bisa menjelaskannya,  karena kau telah mengetahuinya.

...


(Tersenyum) cari di kitab itu.


Cairo, 17 Juni 2014.

Hythara Afhrast.

 
;