Friday 15 August 2014 0 comments

.::Pasir, bukan matahari::.

Aku bukan bintang
diharap jemput

Aku bukan juga matahari
semburat sinar menemani

Aku hanya sebutir pasir
dianggap?
tersangkut di tapak pejalan
hilang terkapar di jalan

Untuk apa?
Alat banding;acuh
Penting, tidak.

Apa aku?
Dikata diam
Bicara, didengar tak

Oh, Tuhan
Aku apa?

Ya, barangkali pokok akan tumbuh
kelindan melingkup hati

Oh, diri
Sabar, terjawab
Pelangi akan hampir

Hanya, hujan mengawal
kalah lebih cepat

Ambilkan payung
Mereka datang
Benarlah...


(Cairo, pikiran buntu)
Wednesday 18 June 2014 0 comments

Hikmah Yang Terjuntai

~QUOTE OF THE DAY~

 

"Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percik-percik hikmah.  Seperti halnya fisik, hati juga merasakan lelah."

(Ali Bin Abi Thalib)

Mari sini ku jelaskan.

Tahukah kau? Hati? Ya,  hati jika tidak dibasuh dengan hikmah,  sama seperti daun tua yang berubah kecoklatan. Kering. Layu. Lantas luruh dari pohon. Kau tidak bisa menduga bahwa daun itu jatuh ke tempat yang nyaman. Indah. Menjanjikan kebahagiaan. Bayangkan! Apabila saat itu angin menderu kencang,  lantas membawa daun itu jatuh ke lumpur hitam. Licak. Begitu pula hati manusia,  kalau kau tidak menjaganya. Memeluknya dengan hangat. Membasuhnya dengan hikmah. Lantas hati akan cepat layu. Beribu bakteri menyerangnya. Hitam. Kejahatan menemuimu. Akan tetapi,  jika kau bergegas mengambil embun yang menggelayut di daun.  Perlahan kau basuh hatimu. Wahai, saat itu langit seketika tersenyum. Sangat menyenangkan.  Kau izinkan kebaikan menemuimu. Tapi sebelum itu, kabar buruknya kau tidak tahu cara mendapatkan hikmah itu. Embun yang merekah. Mengkilat disembur cahaya. Indah sekali.  Sayangnya kau tidak tahu caranya. Padahal sangat sederhana.

Kau ingat tidak kitab yang diturunkan seribu empat ratus tahun yang lalu? Kitab yang terlampau suci,  memang hanya orang suci saja yang bisa menyentuhnya. Kitab yang dibuat oleh maha Penguasa-pemilik kerajaan langit-bumi. Kitab yang diturunkan kepada si manusia pilihan. Hei... dengarlah saat itu seluruh isi langit-bumi berseru-seru senang. Bahkan lebih dari itu. Sayangnya,  hanya kau tidak ingin mengetahuinya. Ataukah kau menolak untuk tahu? Kau terlampau lalai.

Sekarang kau sudah ingat? Kitab itu? Aku rasa belum.
Baiklah... kau mengetahui darimana saja kau mendapatkan hikmah?


...

 
Tidak pernah. Kau memang tidak pernah membuka hatimu. Menerima apa-apa telah terjadi padamu.

"Kau selalu menerima hikmah itu, sayang. Dari kehidupanmu. Masa lalu. Orang-orang yang mengisi kekosongan otakmu."


Bah! Kau hanya bisa melongo sok-tahu. Hei... tapi bukankah itu hanya seperseribu hikmah saja yang bisa kau ambil. Ya,  lantas kau harus mencari kemana, hikmah itu?

Ambil kitab suci yang telah kubilang tadi. Bukalah! Kau hanya disuruh membacanya. Pelajari!

Sekarang kau sudah tahu jawabannya. Baik.. Baiklah...

Masih belum.
 
Celaka! Kau benar-benar celaka. Kau baru saja sudah membuka hatimu. Sudah menerima. Sudah mulai memercikkan hikmah perlahan. Tapi kau bilang masih belum.

Mungkin memang susah menjelaskannya. Baiklah,  sepertinya aku harus menceritakan bagian rahasia ini. Hanya untukmu. Semoga kau menerimanya.

Kau tahu? Saat kau mulai membacanya,  penduduk langit,  para malaikat bergegas turun secepat mungkin. Mengalahkan kecepatan cahaya. Berebut untuk mendengarkanmu. Bukan itu saja. Mau tahu lagi? Saat itu malaikat juga berebut mencatat perbuatanmu. Sangat cepat. Gesit.

Astaga,  kau bersimpuh di hadapan-Nya.

"Ya Tuhan"

Sekarang kau telah mengetahuinya. Sudah selesai tugasku kalau begitu. Sebaiknya aku pergi.

Tunggu...

"Apa hikmahnya?"

Aku tidak bisa menjelaskannya lagi. Cukup sampai disini. Kau telah memahaminya. Cobalah buka hatimu. Bersihkanlah dia.

...

(Tersenyum) cari di kitab itu!

"Bagaimana dengan fisik?"


Entahlah. Itu diluar tugasku. Aku tidak bisa menjelaskannya,  karena kau telah mengetahuinya.

...


(Tersenyum) cari di kitab itu.


Cairo, 17 Juni 2014.

Hythara Afhrast.

Thursday 29 May 2014 0 comments

Sajak Entahlah




Ah,  entahlah…
Inspirasiku hilang, pensilku patah.

Entahlah,
Aku bosan.  Aku bosan memikirkan hal yang tidak semestinya aku pikirkan.

Entahlah,
Hatiku buncah karenanya.

Entahlah,
Aku merasa diriku berubah.  Aku merasa satu sifatku hilang.

Entahlah,
Aku lelah dengan semua ini. Aku lelah dengan ketidakpastian, apapun.

Enam belas tahun aku menjalani hidup..
Entahlah,
Aku lelah menanggung semua ini.

Entahlah,
Kenapa perasaan ini selalu membuntutiku, apapun.  Aku ingin merenggutnya.

Ah, entahlah..
Tanganku patah, semangatku pudar.

Entahlah,
Aku selalu berpapasan dengan topeng.

Entahlah,
Aku semakin gila. Gila memikirkan semua ini. Gila memikirkan masa depan.

Entahlah,
Apa lebih baik aku mati saja?
Tidak menjamin aku bahagia.
Wednesday 23 April 2014 0 comments

Tersesat

Burung-burung terbang memecah kesunyian
Langit semula biru menjadi gelap
awan-awan pun memanggil kabut
ia pun datang mendekat
menaburkan bintik-bintik hitam nan kelam

Suara gemuruh petir menyambar singgasana alam
lantas membuat hati makhluk bergetar keras
lalu langit tiba-tiba mengeluarkan air matanya, deras
Aku masih berdiri, kemudian berlari
aku berlari mencari tumpangan teduh


tetesan-tetesan air mata langit membasahi wajah kusamku
aku mengusapnya perlahan-lahan
kemudian aku berjalan, mengelilingi pustaka hayah.

Tak kusangka aku tersesat..
tersesat dalam bilik tak berpenghuni
bilik yang bisa melempar para pemimpi ke jurang abadi.



Lantas, kutunggulah sinar yang tak kunjung datang
sinar pembawa harmoni hidup
tapi tak ada gunanya jika aku menunggu
ku harus menjemputnya, bukan menunggunya
aku yakin Allah bersamaku.





Monday 24 February 2014 0 comments

Heran

Ada keheranan sendiri mendengar suara itu, ibarat bulan yang meminjam cahaya matahari di malam, lalu mengembalikannya di petang. Setelah itu, Ya hilang seketika.
dan juga bagai kayu dengan sebilah pedang untuk menebasnya. Bagian pohon itu ditebasnya oleh manusia antah berantah, lalu pergilah dua makhluk itu entah kemana.

"Sungguh, kemanakah orang-orang dengan sekuntum mawar ditangannya? orang-orang yang menjanjikan kebaikan dulu? mereka diam, hilang tanpa jejak, sekadar menyapa pun tak."

"Aku heran, kemanakah sang pemimpi? aku tergugu melihat foto kenangan itu, foto di memori otak yang tak akan hilang, kalaupun hilang, dia bisa kembali lagi. Dia tak akan tersesat."

"Aku juga heran dengan kawan juang, mereka mengaku setia, tapi... Lihatlah!! Dia pergi tanpa pamit, kau lihat itu? Kaupun sama. Sama seperti mereka.



Tertanda,

Hythara Afhrast.
0 comments

Antara air terjun dan ikan salmon

Derasnya air terjun menghempas batu-batu coklat tua di sekelilingnya.
Ikan-ikan salmon bergerak dari bawah, sembunyi, bergerak lagi..
buih-buih oksigen makin meramaikan suasana.
Lantas salmon itu terbang kemudian meluncur.

Terkadang dalam hidup, aku lebih memilih menjadi ikan salmon daripada air terjun.
kenapa? sebab kecepatan ikan salmon mengalahkan kecepatan air terjun. Salmon mengejutkan semua orang. Salmon datang sekali-sekala, membuat penasaran semua makhluk. Dia datang tiba-tiba, meluncur setinggi-tingginya. Sedangkan derasnya air terjun akan memunculkan kebosanan tersendiri bagi yang melihatnya, air terjun itu tujuannya hanya kebawah, kadang ketika dia sampai di bawah, air itu bisa saja salah arus, yang seharusnya dia ke kanan, malah bergeser ke kiri.
Untukku, jangan pernah menjadi seperti air.


Salam,

Hythara Afhrast.
0 comments

Sebuah Harapan Untuk Sepotong Hati Yang Rapuh

Sebuah harapan..
tak terkendali lagi rasanya
Detik-detik masa berlalu
pohon-pohon waktu rontok satu persatu
bagaikan pohon yang gugur pada musimnya.

Hilang..
hilang seketika..
sajadah biru melentang panjang sampai ke kutub Utara.
matahari tak berhenti mengusap kulit.
panas..
tak tertahankan..

Sungguh, aku tak lebih dari sebuah awan..
awan hanya tersapu dengan angin kencang
awan yang bermimpi menjadi langit.
biru terbentang kuasa penuh
tak memikirkan siapa pun di bawahnya..
tapi tidak se egois itu bukan?

Terlentang menghadap ke langit..
berdiri di hadapan-Nya..
selayaknya aku harus hidup sampai sang pencipta memanggilku.
entah dengan panggilan suci atau panggilan terhitam, terpanas
seperti lahar panas yang keluar karena erupsi.
Lava yang mengguncang magma.

Aku terdiam..
tersipu malu sekejap..
kemudian pergi..
Awan biru ?


Cairo, tanggal tak diketahui.
Hythara Afhrast.
Friday 17 January 2014 0 comments

Pemimpin Bunglon


Pemimpin-pemimpin mulai meninggalkan tanggung jawabnya,
kedisiplinan waktu tidak dijalankan,
kadang mesin-mesin tidak diperbaiki,
spion kiri kanan tak dilihatnya sedikit pun.

Hasilnya ya seperti minyak dan air, tak bersatu
tak bisa bekerjasama, beda pikiran, beda tujuan, segalanya beda.

Merekalah Pemimpin Bunglon
Pemimpin-pemimpin Bunglon lebih peduli dengan hal-hal yang tak bisa tercium harumnya sedikit pun, hanya bau amis yang bisa membuat otak berkudis.

Pemimpin-pemimpin bunglon lebih mempercayai seseorang yang mulutnya berbuih-buih mengeluarkan suara aneh tak bertuan, dia itu tak lebih dari seorang pendusta yang berpura-pura menjadi katak, bisa hidup di dua alam.

Entahlah, suatu saat, atau besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, pemimpin bunglon akan berubah menjadi ikan? bersatu dengan air? Kita tunggu saja~


Goresan Pena by: Athirah Safra
Cairo, 19 December 2013 Thursday, 08:52

 
;