Monday 14 October 2013 0 comments

Sukses :)

Pada kesempatan kali ini, saya mau menjelaskan sedikit tentang sukses, kita pikir orang yang sukses itu tidak pernah ada masalah.,, ermm.. *nunjukkepala*

Kalau kita lihat orang yang sukses, pasti kita teringin juga kan?
kita pasti bayangkan kalau sukses tu macam ni kan? luruss terus, padahal cara untuk meraih kesuksesan itu penuh dengan liku-liku, setiap kali kita mau sukses, pasti ada aja hambatan dari luar ataupun dari dalam.

Maka dari itu, jika mau sukses, yaa kita harus berusaha sendiri, jangan bergantung kepada orang lain, atau jangan ikut-ikutan orang istilahnya. Jangan gini : "Eh aku mau deh kayak kamu, aku pengen deh kayak kamu."

Kita ya kita, jangan ikut-ikutan orang. Boleh ikut orang asalkan kita belajar dari kesalahan yang dia lakukan. Kan jalan hidup kita dengan dia itu beda 100%. *nunjukjari* IYA semua manusia itu punya jalan hidup masing-masing.

Setuju?

Ada satu ungkapan atau quote atau apalah dari seseorang.. Acieee, Dia bilang: "Kita adalah apa yang kita pikirkan." Paham?

Jadi diri kita itu apa yang pikirkan tentang kita, bingung? Sebagai contoh: Kita pikir kita bodoh, berarti kita bodoh. Atau kita berpikir kita pasti sukses, kita pandai, kita semangat, berarti kita juga akan begitu kedepannya. Jadi intinya, dari pikiran positif akan menghasilkan hasil yang positif pula. Pokoknya optimis aja yaa!

So, Kendalikan sukses kita dengan OPTIMIS :)
InshaAllah kalau kita optimis, kita akan mudah menjalani sesuatu :)





0 comments

Larangan Berpacaran

Assalamu'alaikum Akhina wa Ukhtinaa yang inshaAllah selalu dekat dengan Allah :)
kali ini admin akan memberitahukan kpd kalian semua tentang sesuatu yang sudah terkenal di kalangan anak muda maupun yang tua -_- .. insyaAllah bermanfaat ya :)

tadaaaaa...
PACARAN
okay. kita mulai :

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga.
Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga.
Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.

Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran.



Meninjau Fenomena Pacaran.

Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina.
Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi.
Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-.
Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!
Mungkinkah ada pacaran Islami? Sungguh, pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’ tidak mungkin bisa terhindar dari larangan-larangan di atas. Renungkanlah hal ini!



Mustahil Ada Pacaran Islami.

Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya: ”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.
Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai.
Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing- masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud.
Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah.
Istilah pacaran sudah terlanjur dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan- jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat.
Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin, karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan sejenisnya.
Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat.



Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah

Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan.
Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat.
Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.”
(HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnul Qayyim berkata;
”Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.”

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah- mudahan ALLAH memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
amiin ya rabb :)
 
;